Rabu, 24 September 2014

Tulisan tentang tips dan trik / tutorial / informasi unik (dari hasil pelatihan yang anda dapatkan)

Hmm aku mau berbagi sedikit hal tentang pengalamanku selama mengikuti pelatihan di UMM ini kawan. Jadi pada dasarnya ketika kalian udah diterima di UMM ini, akan ada 3 macam pelatihan (untuk angakatanku ya, ingat). Akan ada p2kk, aku gabisa berbicara banyak tentang hal ini karena emang aku belum mengalaminya. Tapi kata temenku sii….

Kata temenku sih, kegiatan ini seru banget. Kita jadi bisa kumpul-kumpul sama berbagai macam orang dari berbagai macam daerah, “Ayu-Ayu ryyy!!!” sambil mulutnya berbusa-busa. Gitu sih katanya. Dan yang pasti kegiatan ini menginap di UMMnya. Jadi saranku, selalu bersikap keren, berusaha untuk terlihat pintar, jangan kencing sembarangan dan selalu nurut. Yah siapa tau ada yang mau melihara kan lumayan he he. Nggak ya, jangan dianggep serius deh. Yang bener itu selalu bawa bolpoin dan kertas siapa tau ketemu bidadari-bidadari dunia kan lumayan. Selain dapet pengalaman juga dapet gebetan:3.
Oke lanjut, lalu ada pelatihan aplikasi teknologi informasi. Pelatihan ini diadakan selama seminggu tapi untuk tiap harinya hanya berlangsung sekitar 30 menit-1 setengah jam. Tergantung jadwal. Saranku ya, ikutin baik-baik nih acara. Bener-bener membantu lho rek. Instruktur-istrukturnya juga baik-baik. Seriusan. Aku aja yang awalnya pingin bolos biar bisa nonton edge of tomorrow di Matos jadi mengurungkan niat *sungkem di mbak mas instrukturnya*. Info-infonya berharga di pelatihan itu. Oiya jangan lupa buku panduannya itu dibaca, evaluasi di buku itu dikerjakan trus apa yang disampaikan instruktur juga dicatat dan dilakukan degan baik. Biar ntar pas ngerjain evaluasi onlinenya kalian bisa ngerjain dengan baik. Kalau ttp gabisa ya….open new tab, google.com trus search deh apa yang ditanyakan hehehe.
Trus ada pelatihan perpustakaan dan informasi. Pelatihan ini cuman sehari tapi informasi yang diberikan penting banget. Disitu dikasih berbagai macam info penting tentang perpustakaan, baik dimana aja perpustakaannya lalu gimana caranya pinjem buku di situ dan berbagai info penting lainnya. Oiya! Kita juga diajak buat tour ke perpustakaan pusat lho. Asik deh. Jalan bareng-bareng sama kawan baru sambil ngobrol-ngobrol trus liat-liat koleksi bukunya. *kiriii kanann kulihat saja banyak buku-buku terjajar rapi* agak maksa ya? gpp lah.
Yang pasti hasil pelatihan-pelatihan di atas tadi bener-bener berguna. Banyak hal yang bisa kita ambil dari pelatihan-pelatihan itu. Aku serius ini, jangan guyon. Okedeh, semoga informasi yang aku berikan ini bermanfaat.
Have a nice day kawan.

erkembangan Teknologi



Perkembangan Teknologi – Tak dapat dipungkiri jika Perkembangan teknologi masa kini berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dibuat di dunia ini. Dari hingga yang sederhana, hingga yang menghebohkan dunia.

Perkembangan Teknologi

Sebenarnya Teknologi sudah ada sejak jaman dahulu, yaitu jaman romawi kuno. Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang. Hingga menciptakan obyek-obyek, teknik yang dapat membantu manusia dalam pengerjaan sesuatu lebih efisien dan cepat. Salah satunya adalah seperti yang ada di Indonesia, yaitu fenomena mobil esemka yang diciptakan beberapa sekolah di Solo. Telah membuat inovasi mobil Nasional untuk Indonesia. Selain itu juga, ada di Sidoarjo yang memproduksi kapal laut untuk kebutuhan melaut.
Dalam bentuk yang paling sederhana, Perkembangan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional sepertibercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah.
Ada tiga klasifikasi dasar dari Perkembangan teknologi yaitu :
  • Perkembangan teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris: neutral technological progress). Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
  • Perkembangan teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris: labor-saving technological progress). Perkembangan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
  • Perkembangan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-saving technological progress). Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Pengalaman di berbagai negara berkembang menunjukan bahwa adanya campur tangan langsung secara berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi asing justru menghambat arus teknologi asing ke negara-negara berkembang.
Perkembangan teknologi memang sangat penting untuk kehidupan manusia jaman sekarang. Karena teknologi adalah salah satu penunjang Perkembangan manusia. Di banyak belahan masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi, pangan, komputer, dan masih banyak lagi.
Perkembangan Teknologi
Di lain pihak suatu kebijaksanaan ‘pintu yang lama sekali terbuka’ terhadap arus teknologi asing, terutama dalam bentuk penanaman modal asing (PMA), justru menghambat kemandirian yang lebih besar dalam proses pengembangan kemampuan teknologi negara berkembang karena ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor asing, karena merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit dan rumit.
Ini menjadi bukti bahwa memang teknologi sudah menjadi kebutuhan dan merata di setiap sektor kehidupan manusia. Terlebih setelah adanya penemuan komputer dan laptop, yang sekarang hampir semua pekerjaan manusia memiliki hubungan dengan komputer ataupun laptop. Sehingga pantas jika komputer adalah penemuan yang paling mutakhir dan yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.

Keunggulan Dan Perkembangan Jurusan Teknik Elektro

Jurusan Teknik Elektro menyelenggarakan Program Sarjana Strata 1 berdiri 1990 dan Diploma III Elektronika berdiri 1995 telah meluluskan lebih dari 2000 Sarjana Teknik dan Ahli Madya telah berkarier sebagai Pegawai Pemerintah dan Swasta, Pengusaha Kontraktor dan Konsultan, Akademisi. Jurusan dikelola oleh 23 Dosen yang bergelar Doktor dan Magister. Jumlah mahasiswa aktif kurang lebih 600 mahasiswa.

Lulusan Sarjana Teknik Elektro dibekali dengan ketrampilan dan keahlian bidang teknik elektro antara lain Sistem Tenaga, Elektronika, Pengaturan Industri, Telekomunikasi dan Informatika. Teknik Elektro memiliki Laboratorium Rangkaian Elektronika, Rangkaian Listrik, Rangkaian Logika, Pengukuran, Sistem Pengaturan, Mikroprosessor, Elektronika Industri, PLC, Mesin-mesin Listrik, Instalasi Listrik, PLTMH, VHDL, dan Workshop Elektronika..

Sedangkan Ahli Madya Teknik Elektronika dibekali dengan Keahlian Elektronika Industri, serta Teknik Komputer dan Jaringan yang didukung dengan sertifikasi KKPI, CCNA, JENI, TOEIC. Dukungan ekstra kurikuler terdiri atas kelompok Robotika, Sistem Instrumentasi Industri dan lain-lain.
Website: elektro.umm.ac.id
indexelek



Tentang UMM (Kelebihan UMM)

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merupakan salah satu amal usaha milik Persyarikatan Muhammadiyah yang cukup strategis.  Keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari misi besar persyarikatan sebagai gerakan tajdid yang melakukan pembaharuan diberbagai bidang antara lain ekonomi, sosial, dan keagamaan.
Muhammadiyah  adalah gerakan tajdid modernis pertama di Indonesia yang melakukan kegiatan nyata dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, pengembangan universitas ke depan harus memperhatikan dan memadukan secara terintegratif antara misi pendidikan dengan misi persyarikatan secara konsisten. Arah pengembangan tersebut setidaknya berdasarkan pada 3 (tiga) hal, yaitu pertama  eksistensi UMM tidak dapat dilepaskan dari  amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah.  Kedua UMM adalah institusi penyelenggara pendidikan tinggi yang mempunyai tanggung jawab melahirkan (meluluskan), baik D-III, S1 dan S2 yang mempunyai kemampuan menguasai dan mengembangkan ilmu dan kompetensi sesuai bidangnya secara etis dan Islami (berbasis pada nilai-nilai Islam) berdasarkan pada standar kurikulum dan harapan masyarakat sebagai  pengguna jasa lulusan pendidikan tinggi.  Ketiga  pengembangan pendidikan UMM harus dilakukan secara terintegratif antara misi Persyarikatan Muhammadiyah dan misi pendidikan tinggi sebagai penyedia jasa bagi masyarakat pengguna.
UMM ingin menjadikan kampus bukan sekedar sebagai tempat transformasi ilmu dari pihak dosen kepada mahasiswa yang berlangsung secara formal dan mekanis sifatnya, begitu pula tidak sekedar menyelenggarakan ujian-ujian untuk memperoleh sertifikat dan tanda lulus, lebih dari itu ingin menjadikan dirinya sebagai ”rumah ilmu”. Yakni sebagai rumah ilmu penghuninya yang selalu memiliki ciri khas mengedepankan keberanian yang bertanggung jawab, kebebasan yang didasari kekuatan nalar yang kokoh serta keterbukaan dalam menerima segala informasi keilmuan yang diperlukan dengan dilandasi keimanan dan ketakwaan yang mantap.
UMM terus melakukan pengembangan dan pembaharuan (develop and reform) memasuki usianya yang ke-42 saat ini. Terobosan strategi dan perbaikan berkelanjutan senantiasa dilakukan untuk mewujudkan misi universitas sebagai the real university yang memadukan antara kompetensi dan aplikasi keilmuan dan teknologi yang berbasis pada nilai-nilai dan etika islam sebagai landasan bagi perubahan sosial sebagaimana visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan.  Adapun visi, misi dan tujuan universitas adalah sebagai berikut : 
VISI   :    Menjadikan universitas terkemuka dalam pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan nilai-nilai Islam 
MISI  :
           a.       Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.
        b.      Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dapat              kesejahteraan manusia.
           c.       Menyelenggarakan pengelolaan universitas yang amanah
         d.      Menyelenggarakan pembinaan civitas akademika dalam kehidupan yang Islami  sehingga mampu beruswah hasanah.
          e.       Menyelenggarakan kerja sama dengan pihak lain yang saling menguntungkan. 

TUJUAN :
  a.       Menghasilkan lulusan yang beriman, bertaqwa, menguasai IPTEKS, professional, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan mandiri menuju terwujudnya masyarakat utama.
  b.      1). Meningkatkan kegiatan penelitian sebagai landasan penyelenggaraan  pendidikan dan mengembangkan IPTEKS.
             2).  Menghasilkan, mengamalkan, mengembangkan, dan menyebar luaskan IPTEKS dalam skala regional, nasional dan internasional.
   c.       Mewujudkan pengelolaan yang terencana, terorganisir, produktif, efektif, efisien dan                 terpercaya  untuk menjamin keberlanjutan universitas.
   d.      Mewujudkan civitas akademika yang mampu menjadi teladan dan kehidupan  masyarakat.
   e.       Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam lingkup regional, nasional dan internasional untuk pengembangan pendidikan dan penelitian
Visi, misi dan tujuan sebagaimana tersebut di atas dirumuskan karena diilhami oleh cita-cita luhur Universitas Muhammadiyah Malang untuk menjadi Perguruan Tinggi Terkemuka, baik ditingkat nasional maupun regional, yang mampu menghasilkan lulusan yang bermutu yang siap untuk  bersaing dipasar global.  Untuk mencapai cita-cita dimaksud maka strategi yang ditempuh adalah;
a.       Mendorong dan memfasilitasi semua Jurusan dan lembaga-lembaga yang ada di UMM untuk selalu melakukan inovasi-inovasi pengembangan IPTEKS yang spesifik sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing berdasarkan nilai-nilai Islam.  Disamping itu semua Jurusan dan Lembaga yang ada juga didorong untuk menggalang kerjasama dengan berbagai pihak terkait, baik dengan pihak pemerintah maupun swasta.
b.      Secara berkelanjutan melakukan evaluasi dan monitoring terhadap proses dan ouput penyelenggaraan kegiatan yang menjadi keunggulan spesifik Universitas Muhammadiyah Malang, yaitu penguasaan teknologi informatika melalui training aplikasi internet, penguasaan bahasa inggris melalui kegiatan English Special Purpose (ESP) dan perkuliahan Al Islam dan Kemuhammadiyahaan (AIK).  Ketiga jenis kegiatan tersebtu bersifat wajib bagi semua mahasiswa UMM.
  
  Rencana Pengembangan Jangka Panjang Perguruan Tinggi
Dunia pendidikan saat ini mengalami situasi lingkungan persaingan yang semakin kompetitif. Kompetisi antar Pendidikan Tinggi, baik PTN, PTS maupun PTA, berlangsung sangat ketat, tajam, dan hampir tanpa batas.  Perguruan Tinggi yang tidak mempunyai keunggulan kompetitif, tidak akan mampu bersaing secara fair dan terbuka. Akibatnya bisa dipastikan mereka akan tumbang oleh seleksi alam.
Universitas Muhammadiyah Malang menyadari kondisi tersebut dan melakukan beberapa langkah strategis yang dipsersiapkan secara mantap melalui pembuatan Rencana Strategi (Renstra). Renstra berisi adalah kumpulan berbagai kebijakan strategis yang berisi visi, misi, tujuan, dan strategi jangka  pendek, menengah, dan jangka panjang untuk menghadapi tantangan masa depan.  Renstra menjadi dasar pijakan dalam penyusunan rencana-rencana strategi pada lembaga di tingkat Fakultas, lembaga-lembaga di tingkat lebih bawah ataupun lembaga-lembaga di tingkat persyarikatan.
Tujuan pembuatan rencana strategi ini adalah untuk mengindentifikasi, meng-ukur, dan mensinergiskan berbagai kekuatan yang dimiliki lembaga, sehingga mampu mengoptimalkan dan meraih  peluang keunggulan dalam persaingan global.  Rencana strategi bertujuan untuk:
a.       Menjadi dasar dan arah dari pengembangan universitas dengan lembaga-lembaga di bawahnya,
b.      Menjadi cermin evaluasi untuk mengukur posisi dan eksistensi Universitas Muhammadiyah Malang saat ini dan masa mendatang,
c.       Menjadi dasar evaluasi kendala-kendala yang dihadapi untuk pembuatan atau penyempurnaan rencana strategi selanjutnya,
d.      Menjadi tolak ukur pengukuran kinerja seluruh lembaga pada periode-periode tertentu, sehingga dapat dilakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Renstra juga merupakan skenario yang cukup realistik yang disusun oleh lembaga berdasarkan pada pengalaman, kondisi saat ini serta analisis situasi terhadap komponen-komponen penentu (sumber daya) yang diproyeksikan akan dimanfaatkan dalam jangka waktu 10 tahun mendatang, sehingga dapat diimplementasikan untuk menyusun langkah pengembangan menuju The Real University  yang berbasis pada keunggulan dan keterdepanan
Rencana Strategi Universitas Muhammadiyah Malang 2000 – 2010, termuat rumusan pengembangan universitas melalui 11 strategi pengembangan, yaitu:
a.       Menjadikan kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai pusat aktifitas akademik di tingkat regional dan nasional.
b.      Meningkatkan mutu akademik baik proses maupun lulusannya.
c.       Mencetak lulusan yang berjiwa enterpreneurship dan bermoral etis Islami yang tinggi.
d.      Menuju Real University.
e.       Pengembangan fakultas dan sarana fisik, terutama pada Fakultas-fakultas eksakta, seperti Fakultas Kedokteran, Teknik, Pertanian dan Peternakan-Perikanan.
f.       Meningkatkan misi dan strategi pendidikan dan pengajaran yang sesuai situasi dunia yang penuh perubahan.
g.      Intensifikasi eksplorasi dan optimalisasi sumberdaya kampus sebagai pemegang informasi yang andal dan reliabel.
h.      Dalam rangka peningkatan karakter ekonomi dan budaya internasional, perlu ekspansi untuk mendirikan kelas internasional.
i.        Meningkatkan kembali komitmen untuk membina kemitraan dengan masyarakat, sehingga UMM dapat berfungsi sebagai jembatan masyarakat ilmiah dengan masyarakat kontemporer.
j.        Memantapkan pendanaan universitas.
k.      Menjadikan UMM sebagai pusat pengkajian, pengamalan, dan dakwah Islam.
l.        Melakukan sentralisasi administrasi dan desentrealisasi akademik yang dilakukan secara bertahap (di mulai tahun 2000).
Penyusunan Renstra UMM dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pertama tahap pembentukan tim, yaitu Pimpinan Universitas membentuk task force yang bertugas untuk menyusun draft renstra. Tahap kedua, tim task force melakukan pengkajian dan analisis terhadap kondisi lembaga dan setelah itu melakukan penyusunan draft renstra. Tahap ketiga, pengesahan, yaitu draft renstra tersebut selanjutnya dibawa dan dibahas ke forum rapat senat universitas untuk dilakukan pembahasan dan pengesahan.  Dan keempat, sosialisasi, yaitu renstra di sosialisasikan ke semua Pimpinan Fakultas,  Jurusan dan seluruh lembaga-lembaga yang ada di UMM.
Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) telah memperkenalkan paradigma baru pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia dalam menghadapi tantangan era globalisasi. Paradgima tersebut bertujuan sebagai rerangka dan arah pengembangan kebijakan strategis perguruan tinggi di Indonesia. Rencana Strategis yang disusun UMM tersebut sejak awal telah mempertimbangkan keselarasan dengan Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003 – 2010 yang telah dicanangkan DIKTI. Strategi HELTS dibangun berlandaskan visi quality, access and equity, institutional autonomy and accountability. Strategi tersebut diarahkan untuk meningkatkan daya saing bangsa yang dilandasi oleh adanya otonomi penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan organisasi. Pada tahun 2010 keunggulan kompetitif sumberdaya manusia Indonesia diharapkan sudah dapat dicapai, karena lembaga pendidikan tinggi, termasuk UMM memiliki program-program yang kuat dan dapat diandalkan, serta memiliki sistem organisasi yang sehat. Dalam jangka yang lebih pendek keunggulan kompetitif di tingkat nasional diharapkan sudah diraih oleh lulusan UMM melalui rencana strategis yang telah ditetapkan diatas.
Dampak Hibah di Perguruan Tinggi
Strategi pengembangan UMM menjadi predikat the real university dan dalam rangka memenuhi harapan stakeholder, maka beberapa program pengembangan telah banyak dilakukan dalam waktu 5 tahun terakhir. Berbagai strategi pengembangan tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktifitas, serta untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas lulusan. Program-program pengembangan tersebut antara lain :
a.       Peningkatan kualitas proses belajar mengajar melalui:
1)      Peningkatan mutu dosen, dengan studi lanjut, kursus profesi, short course untuk pengembangan kegiatan akademik, magang dan mendorong peningkatan jabatan fungsionalnya.
2)      Pemberian fasilitas kepada seluruh dosen di UMM untuk menulis buku ajar yang diterbitkan melalui UMM Press.
3)      Peningkatan pendidikan dan perkuliahan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang dilakukan secara bertahap melalui penjenjangan kelas: (a) Fashl al-Mubtada’in (kelas elementer), (b) Fashl al-Mutawassitin (kelas intermediate) dan (c) Fashl al-Mutaqqadimin (kelas advanced).
4)      Mewajibkan semua mahasiswa mengambil ESP (English for Special Purposes) selama 18 jam selama 3 semester.
5)      Menghilangkan dikotomi antara dosen tetap dengan dosen tidak tetap, dengan harapan saling dapat memiliki tanggung jawab yang sama.
6)      Mewajibkan semua mahasiswa baru mengikuti pelatihan internet.
7)      Peningkatan peran Badan Kendali Mutu Akademik (BKMA).
8)      Mengembangkan perpustakaan digital (digital library) yang terkoneksi dengan sekitar 14 perpustakaan digital di dalam dan di luar negeri.
9)      Pengembangan laboratorium kerja dengan teknologi informasi yang berbasis pada LAN dan online internet.
b.      Memotivasi dan memfasilitasi dosen melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat guna meningkatkan produktifitas karya ilmiahnya.
c.       Peningkatan pelayanan administrasi akademik melalui;
1)      Pembangunan jaringan intranet dan Sistem Manajemen Administrasi Akademik (MAA) ke semua komputer yang ada di Laboratorium dan perkantoran.
2)      Percepatan pencetakan kartu mahasiswa (KTM) secara digital pada saat mahasiswa melakukan herregistrasi.
3)      Percepatan proses pembuatan ijazah dwi bahasa, dan penggunaan security ink pada kertas ijazah dan transkrip akademik.
d.      Meningkatkan kerjasama dengan, pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi dalam dan luar negeri, serta lembaga atau instansi lainnya.
e.       Secara terus menerus meningkatkan dan mengoptimalkan saranan dan prasarana yang ada melalui pendekatan interdepartemental resource sharing.
f.       Meningkatkan revenue centre. untuk mencari sumber-sumber pendanaan lainnya melalui pembentukan unit pelaksana teknis (UPT) seperti (1) Unit Produksi Internet (UPI), (2) Badan pengelola gedung serba guna (UMM DOME) , (3) Unit Produksi Pakan Ternak, (4) Unit Koperasi, (5) Unit Penerbitan dan (6) Unit Guest House dan Hotel UMM Inn (7) unit usaha perbengkelan bekerjasama dengan Yamaha (DAU Motor).
Hasil dari program pengembangan tersebut dalam 5 tahun terakhir sebagai berikut:
a.       Pada saat ini telah memiliki 10 fakultas dengan 39 Jurusan, yang terdiri atas : 30 Jurusan S1, 3 Jurusan D3, Akademi Keperawatan, dan 6 Jurusan S2.
b.      Hasil akreditasi yang dilakukan oleh BAN PT adalah sebagai berikut : 9 Jurusan terakriditasi dengan nilai ”A”, 21 Jurusan terakrditasi dengan nilai ”B”, 3 Jurusan terakriditasi dengan nilai ”C”.  Sedangkan 6 Jurusan belum diajukan akreditasinya, karena usianya belum sampai 5 tahun dan belum pernah meluluskan mahasiswanya, yaitu Program Pendidikan Dokter (berdiri tahun 2001), PS Magister Ilmu Hukum, PS Magister Agribisnis, PS Magister Kebijakan Pendidikan yang masing-masing berdiri pada tahun 2004, dan yang terakhir adalah PS Hubungan Internasional (S1) dan PS Teknik Informatika (S1) yang berdiri mulai tahun 2005.
c.       Pada tahun 2004/2005 jumlah mahasiswa yang aktif mencapai 16.087 orang.
d.      Jumlah dosen 1017 orang terdiri atas 413 S1, 547 S2 dan 57 S3 yang tersebar di 32 Jurusan. Sedangkan dosen tetap 388 orang dengan perincian 57 orang bergelar S1, 319 bergelar S2, dan 12 orang bergelar doktor.  Dari 345 dosen tersebut 276 orang diantaranya telah menduduki jabatan Lektor dan Lektor Kepala.
e.       Jumlah buku ajar yang ditulis oleh para dosen yang telah diterbitkan secara nasional (ber-ISBN) berjumlah 142 judul. 
f.       Hibah penelitian DPP (4 tahun terakhir) universitas sebesar Rp 1.427.800.000,- terdiri atas Rp 1.077.700.000,- untuk Penelitian Bidang Ilmu (PBI), Rp 321.600.000,- untuk Penelitian Program Unggulan (P2U), Rp 27.500.000,- untuk Penelitian Institusional (PI), dan Rp 10.000.000,- untuk Penelitian Insentif Penelitian Institusional untuk Mahasiswa (PIPIM)
g.      Memperoleh Hibah penelitian DIKTI sebesar Rp 1.468.812.000,- untuk 147 judul terdiri atas 36 Penelitian Dosen Muda (Rp 298.185.000,-), 1 Penelitian Kajian Wanita (Rp 7.500.000,-), 13 Penelitian Dasar (Rp 439.512.000,-), 10 Penelitian Hibah Bersaing (Rp 723.615.000,-). Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini UMM telah menempati urutan pertama yang proposal penelitiannya didanai oleh DIKTI untuk tingkat PTS se Indonesia.
h.      Sejak 5 tahun terakhir telah ditandatangani MOU dengan 80 institusi yakni pemerintah, perusahaan swasta, perguruan tinggi dalam dan luar negeri, serta lembaga dan instansi lainnya.
Informasi Program Hibah Kompetisi dari DIKTI sesungguhnya sudah diakses UMM sejak tahun 2001, namun usaha secara serius untuk mengajukan proposal PHK ke DIKTI baru dimulai pada tahun 2002.  Tahun 2002, UMM secara resmi mengajukan 7 proposal Semi-QUE IV ke DIKTI.  Proses pembuatan proposal sudah dilakukan secara serius, akan tetapi hasilnya adalah tidak ada satupun proposal yang lolos seleksi.
Pada tahun 2003 UMM mengusulkan lagi 8 proposal Semi-QUE V.  Dari 8 proposal yang diajukan tersebut, 2 proposal berhasil lolos seleksi, yaitu proposal dari PS Teknologi Hasil Pertanian dan PS Agronomi PHK ke DIKTI.  Sementara itu,  pada tahun 2004 yang lalu UMM mampu mengirimkan 4 proposal Program A1, 5 proposal program A2, dan 1 proposal A3.  Hasilnya adalah 2 proposal A1 berhasil lolos seleksi, yaitu proposal dari Jurusan D3 Keuangan dan Berbankan dan Jurusan Teknik Industri,  serta satu proposal   proposal A2, yaitu proposal yang diajukan oleh Teknik Sipil untuk pendanaan tahun 2005.  Tahun 2005 prestasi kembali dicapai oleh Universitas Muhammadiyah Malang yang berhasil memenangkan hibah kompetisi A2 untuk tiga jurusan yaitu Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Jurusan Agronomi.  Keberhasilan sejumlah proposal PHK mempunyai implikasi yang sungguh sangat luar biasa, baik bagi program studi yang mendapatkan hibah maupun bagi program studi lain di lingkungan UMM. Dampak langsung bagi program studi penerima hibah adalah: (1) dapat meningkatkan atmosfir akademik, (2) dapat meningkatkan program pelayanan laboratorium, (3) dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas dan (4) dapat memperbaiki kapasitas internal menajemen.  Akibat perbaikan dan peningkatan kualitas proses sarana dan manajemen dengan dana hibah DIKTI tersebut adalah mampu menurunkan lama penyelesaian skripsi dan lama studi mahasiswa. Sedangkan dampak secara umum adalah memberikan dampak yang cukup baik terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, atmosfir akademik, interaksi antara dosen dan mahasiswa serta perbaikan internal menajemen, terutama pada jurusan penerima PHK tersebut.

SUMBER : http://www.umm.ac.id/

ADAT DAN BUDAYA ASLI OSING BANYUWANGI

       Budaya dan agama seringkali sulit disatukan. Banyak elemen        budaya yang dianggap bertentangan dengan norma-norma  agama. Ada beberapa akibat yang menyertainya. Nilai-nilai budaya perlahan-lahan ditinggalkan, atau muncul konflik antara pemegang nilai adat dan norma agama, atau malahan terjadi pembauran antara agama dan budaya. Hal terakhir inilah yang terjadi di dalam masyarakat Osing di Banyuwangi.
Orang Osing adalah masyarakat asli Banyuwangi. Mereka pengikut setia Kerajaan Blambangan sehingga mereka tetap
bertahan di Banyuwangi setelah Blambangan jatuh akibat pengaruh kerajaan Islam pada abad ke-14. Walaupun demikian, tetap ada para pengikut lain yang migrasi ke Bali bersama pengikut Kerajaan Majapahit. Mereka mempertahankan nilai-nilai agama Hindu di Kerajaan Karang Asem.
Dulu masyarakat Osing menutup diri dengan dunia luar untuk mempertahankan agama Hindu di Blambangan. Namun ketika Belanda masuk pada abad ke-16, mereka memaksa orang Osing bekerja sama dengan orang luar. Pengaruh luar mulai masuk dan pada perkembangannya sebagian besar orang Osing lalu memeluk agama Islam. Bahkan banyak yang menikah dengan orang luar Osing dan menyebar ke berbagai daerah. Namun masyarakat Osing yang tetap bertahan, masih setia dengan adat istiadat Osing, meskipun agama Islam juga kuat di sana.
Maka terjadilah pembauran adat dan agama. Pada hari raya Idul Fitri, mereka mengadakan perayaan adat seminggu penuh. Di sebuah desa, Ulehsari, rangkaian perayaan Idul Fitri juga termasuk acara bersih desa yang mereka kenal dengan sebutan Seblang. Ritual ini untuk mencapai keselarasan antara alam dan manusia, sehingga rakyat makmur dan terhindar dari malapetaka. Termasuk juga keselarasan dengan roh-roh yang menghuni desa.
Masyarakat Osing yang tinggal di desa Kemiren memiliki kegiatan rutin membaca lontar. Lontar yang berisi kepercayaan-kepercayaan Osing ini ditulis dalam bahasa Arab. Banyak orang yang merasa terbantu masalahnya setelah membaca lontar tersebut. Menurut Pak Pur, salah seorang tokoh Osing dari desa Kemiren, tidak ada yang perlu disalahkan jika masyarakat Osing merasa aman, nyaman, dan terbantu persoalannya dengan tradisi yang ada di Osing. Agama dan adat tetap dapat berjalan seiring, yang penting tidak ada yang mau menangnya sendiri.
Di negara multikultural seperti Indonesia, tampaknya memang perlu dikembangkan kesadaran tentang relativisme budaya. Penting untuk menanamkan pemikiran tentang menghargai budaya lain yang memang memiliki esensi sendiri. Budaya adalah nilai-nilai yang dikembangkan oleh suatu masyarakat sesuai dengan lingkungan yang mereka hadapi. Setiap budaya itu berharga. Dan budaya tertentu tidak dapat menilai atau menghakimi budaya lain, merasa menjadi budaya yang paling benar dan paling tinggi. Karena banyak kearifan budaya lokal yang justru bernilai untuk menjaga kehancuran alam semesta ini. Bukankah hutan-hutan gundul di negeri kita akibat masuknya perusahaan-perusahaan penebangan besar itu? Masyarakat adat pun menebang pohon dan berladang di hutan, namun mereka memiliki mekanisme sendiri untuk mempertahankan kesuburan tanah. Semua diatur dengan nilai-nilai adat sehingga kelangsungan alam tak terusik.
Melihat masyarakat Osing, saya menjadi tetap berani bermimpi, masih dapat melihat Indonesia yang multikultural empat puluh tahun lagi
                                                        
             Wisata banyuwangi-Jaman boleh terus bergulir, namun tidak demikiandengan pola dan gaya hidup Suku Using di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi.Desa yang berjarak sekitar 7 Km arah barat dari pusat Kota Banyuwangi itu, masih menjaga adat istiadat warisan leluhur mereka. Tak heran jika Pemerintah Kabupaten banyuwangi sekitar tahun 1995 menetapkan desa yang berpenghuni 2663 jiwa tersebut sebagai Desa Wisata Adat.Banyak adat Using yang masih lestari dan dipertahankan warga yang sebagian besar hidup dari bercocok tanam ini. Seperti bangunan rumah masih beraksitektur Gebyug, rumah adat Using yang memeliki ciri khas serta mempunyai filosofi kehidupan dalam berumah tangga.Kecuali itu, pola bertani tradisonal seperti menggunakan baling-baling kayu untuk mengusir hama masih dilakukan.

             Upacara perkawinan masih menggunakan tatanan adat yang diturunkan secara turun temurun, semisal upacara lamaran manten dan kirab keliling kampung yang saat ini sudah jarang ditemui dikawasan Kota Banyuwangi.Tak ketinggalan menariknya,warga setempat memiliki beberapa acara adat yang diselenggarakan rutin tiap tahun, semisal Tumpeng Sewu atau biasa disebut warga 'Selamatan Bersih Desa' yang dilaksanakan pada hari Senin atau Hari Jumat awal di Bulan Haji.Selain memegang teguh adat istiadat dalam kesehariannya, warga Desa Kemiren yang kesemuanya mayoritas beragama Islam ini juga patuh pada ajaran agamanya.Hubungan sosial antar warga terjalin secara kuat. "Jika ada hajatan tetangga,kami semua berduyun-duyun urun rembug materi atau sekedar tenaga," terang Pak Timbul, sesepuh Desa Kemiren.Sifat warga yang cenderung terbuka, ramah membuat nyaman siapa saja yang berkunjung atau bahkan menginap ke Desa Kemiren ini. Tak kurang dari puluhan wisatawan tiap bulannya berkunjung untuk belajar kearifan tradisional Suku asli Banyuwangi ini.
                                            
               "Jika ingin berkunjung pintu rumah kami terbuka lebar bagi siapa saja," jelas Anak Agung Tahrim, Kepala Desa Kemiren.Banyak sanggar-sanggar seni yang menjadi tempat belajar bagi tiap wisatawan, tak perlu bingung tempat untuk berteduh. Sebab lanjut Tahrim sebab hampir semua warga secara suka rela akan mempersilahkan pengunjung untuk tinggal di rumahnya.Bahkan menginap untuk jangka waktu yang cukup lama, seminggu atau bahkan sebulan. "cukup bantu kami uang belanja mas," lanjutnya.Kentalnya Budaya dan Adat di Desa Kemiren semakin lengkap dengan balutan suasana Desa yang masih Asri dengan banyaknya pepohonan yang tumbuh .Sungai-sungai masih mengalir dengan kejernihan air asli pegunungan membelah areal persawahan yang mengelilingi Desa. Jalan Desa pun sudah beraspal meski tidak semulus jalan di pusat Kota.Ditengah desa terdapat Anjungan Wisata seluas 1800 M2 yang awal pendiriannya sebagai pusat ajang kegiatan kesenian khas Using seperti Tari Gandrung maupun Barong. Anjungan itu kini menjadi tempat rekreasi konvensional dengan dua kolam renang yang menjadi andalannya.

               Untuk terus menjaga kelestarian warisan nenek moyangnya, Pemerintah Desa menerbitkan Peraturan Desa atau Perdes tentang pelestarian Adat yang sifatnya hanya mengatur. Termasuk keberadaan Kelompok Sadar Wisata (PokDarWis) yang akan melayani dengan ramah kedatangan para wisatawan.Meski begitu bagi warga Suku Using di Desa Kemiren adat istiadat adalah pustaka leluhur yang harus tetap dijaga dan dilestarikan sebagai penghormatan pada nenek moyangnya. Mereka percaya jika adat istiadatnya diabaikan maka desa mereka terancam marabahaya.Wisata banyuwangi Surga Dunia..
Readmore »»





Rabu, 09 Mei 2012

Kue Bagiak

Merupakan oleh-oleh khas Banyuwangi yang berbentuk kue kering dan berbahan dasar tepung sagu. Kue bagiak khas Banyuwangi ini rasanya tidak sekeras bagiak dari Maluku, malah lebih mirip kue semprit dengan aroma rempah keningar. Komposisi yang disebutkan adalah tapioka, gula, dll. Tersedia dalam 4 macam rasa : keningar, jahe, kacang, susu.

Sego Cawuk/Sego Janganan

Makanan ini adalah makanan khas lainnya dari Banyuwangi. Nasi dengan sayur yang terbuat dari kelapa diparut dengan sambal/gecok, konon ini adalah menu favorit Syekh Siti Jenar. Nasi ini cocok digunakan untuk menu sarapan.

Sale Pisang


Sale pisang merupakan makanan / jajanan khas Banyuwangi. Ada dua macam sale pisang, yaitu sale pisang goreng tepung dan molen sale pisang. Sale pisan adalah makanan hasil olahan dari buah pisang yang disisir tipis kemudian dijemur hingga kering. Sale pisang di produksi di Kelurahan Klatak (Kalipuro), Lateng, Singonegaran, Kebalenan, Penganjuran, Mojopanggung, Kecamatan Glagah, Songgon, Sukonatar,Bangorejo, Buluagung, Siliragung, dan lain sebagainya.

Rujak Bakso


Sama halnya seperti rujak soto, makanan ini merupakan campuran antara rujak cingur dengan bakso. Rujak disajikan terlebih dahulu lalu disiram denga kuah bakso.

Rujak Soto


Adalah salah satu makanan khas Banyuwangi. Rujaknya seperti rujak Jawa Timur-an umumnya, yaitu irisan lontong dibubuhi kangkung, tauge, ketimun, tahu, dan tempe, dibubuhi sambal petis dengan kacang tanah dan gula merah. Seperti rujak Jawa Timur umumnya, sambalnya memakai pisang kluthuk batu yang diuleg bersama bumbu-bumbu lainnya. Rujak segar itu kemudian diguyur dengan kuah soto babat yang encer dan berwarna kuning.

Sego Tempong

Pedas, adalah ciri khas menu masakan Banyuwangi ini. Nasi ini semacam dengan nasi lalapan yang khas dari kota Banyuwangi. Bedanya, terletak di sambalnya yang terasa sangat pedas. Kenapa dinamakan Sego Tempong (tempeleng)? karena setelah makan sego tempong rasanya seperti ditempeleng karena pedas. Bagi anda pecinta masakan pedas, anda harus mencoba makanan yang satu ini.



 

Pertunjukan Gandrung Banyuwangi

Penari Gandrung bersama gamelannya (foto diambil tahun 1910-1930)
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.[1]. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).[butuh rujukan]Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.[butuh rujukan] Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"[2]
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).

Sejarah

Kesenian gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabadnya hutan “Tirtagondo” (Tirta arum) untuk membangun ibu kota Balambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang) atas prakarsa Mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang Demikian antara lain yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu.
Mengenai asalnya kesenian gandrung Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut: Asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya di dalam sebuah kantong. (Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”).
Apa yang ditulis oleh Joh Scholte tersebut, tak jauh berbeda dengan cerita tutur yang disampaikan secara turun-temurun, bahwa gandrung semula dilakukan oleh kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana (terbang). Mereka setiap hari berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Balambangan sebelah timur (dewasa ini meliputi Kab. Banyuwangi) yang jumlahnya konon tinggal sekitar lima ribu jiwa, akibat peperangan yaitu penyerbuan Kompeni yang dibantu oleh Mataram dan Madura pada tahun 1767 untuk merebut Balambangan dari kekuasaan Mangwi, hingga berakirnya perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dimenangkan oleh Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772. Konon jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri, tertawan, hilang tak tentu rimbanya atau di selong (di buang) oleh Kompeni lebih dari enam puluh ribu jiwa. Sedang sisanya yang tinggal sekitar lima ribu jiwa hidup terlantar dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan terpencar cerai-berai di desa-desa, di pedalaman, bahkan banyak yang belindung di hutan-hutan, terdiri dari para orang tua, para janda serta anak-anak yang tak lagi punya orang tua.(telah yatim piyatu) dan selain itu ada juga yang melarikan diri menyingkir ke negeri lain. Seperti ke Bali, Mataram, Madura dan lain sebagainya.
Setelah usai pertunjukan gandrung menerima semacam imbalan dari penduduk yang mampu berupa beras atau hasil bumi lainnya dan sebagainya. Dan sebenarnya yang tampaknya sebagai imbalan tersebut, merupakan sumbangan yang nantinya dibagi-bagikan kepada mereka yang keadaannya sangat memprihatinkan dipengungsian dan sangat memerlukan bantuan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, di pedalaman, atau yang bertahan hidup dihutan-hutan dengan segala penderitaannya walau peperang telah usai.
Mengenai mereka yang bersikeras hidup di hutan dengan keadaannya yang memprihatinkan tersebut, disinggung oleh C. Lekerkerker yang menulis beberapa kejadian setelah Bayu dapat dihancurkan oleh gempuran Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772, antara lain sebagai berikut; Pada tanggal 7 Nopember 1772, sebanyak 2505 orang lelaki dan perempuan telah menyerahkan diri ke Kompeni, Van Wikkerman mengatakan bahwa Schophoff telah menyuruh menenggelamkan tawanan laki-laki yang dituduh mengobarkan amuk dan yang telah memakan dagingnya dari mayatnya Van Schaar. Juga dikatakan bahwa orang-orang Madura telah merebut para wanita dan anak-anak sebagai hasil perang. Sebagian dari mereka yang berhasil melarikan diri kedalam hutan telah meninggal karena kesengsaraan yang dialami mereka. Sehingga udara yang disebabkan mayat-mayat yang membusuk sampai jarak yang jauh. Yang lainnya menetap dihutan-hutan seperti; Pucang Kerep, Kali Agung, Petang dan sebagainya. Dan mereka bersikap keras tetap tinggal dalam hutan dengan segala penderitaannya[3].
Berkat munculnya gandrung yang dimanfaatkan sebagai alat perjuang dan yang setiap saat acap kali mengadakan pagelaran dengan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat yang hidup bercerai-berai di pedesaan, di pedalaman dan bahkan sampai yang masih menetap di hutan-hutan dengan keadaannya yang memprihatinkan, kemudian mereka mau kembali kekampung halamannya semula untuk memulai membentuk kehidupan baru atau sebagaian dari mereka ikut membabat hutan Tirta Arum yang kemudian tinggal di ibukota yang baru di bangun atas prakarsa Mas Alit. Setelah selesai ibu kota yang baru dibangun dikenal dengan nama Banyuwangi sesuai dengan konotasi dari nama hutan yang dibabad (Tirta-arum). Dari keterangan tersebut terlihat jelas bahwa tujuan kelahiran kesenian ini ialah menyelamatkan sisa-sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan oleh Kompeni dan membangun kembali bumi Belambangan sebelah timur yang telah hancur porak-poranda akibat serbuan Kompeni (yaitu yang dewasa ini meliputi Daerah Kabupaten Banyuwangi).
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.[4]
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

Tata Busana Penari

Penari Gandrung di Lombok, 1922.
Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.

Bagian Tubuh

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

Bagian Kepala

Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.

Bagian Bawah

Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.

Lain-lain

Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.

Musik Pengiring

Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.
Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.

Tahapan-Tahapan Pertunjukan

Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:
  • jejer
  • maju atau ngibing
  • seblang subuh

Jejer

Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.

Maju

Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.
Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.

Seblang subuh

Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.

Perkembangan terakhir

Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.
Sejak tahun 2000, antusiasme seniman-budayawan Dewan Kesenian Blambangan meningkat. Gandrung, dalam pandangan kelompok ini adalah kesenian yang mengandung nilai-nilai historis komunitas Using yang terus-menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Dengan kata lain, Gandrung adalah bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat Using.[5]
Di sisi lain, penari gandrung tidak pernah lepas dari prasangka atau citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi amat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan dan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari[6].
Sejak Desember 200, Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul pematungan gandrung terpajang di berbagai sudut kota dan desa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serikat[7].